Saudara-saudaraku, sangat ditekankan bagi penuntut ilmu untuk menimbang ucapannya, dan tidak membiarkan lisannya lepas tanpa kendali.
Hendaklah ia menghadapkan ucapannya kepada akalnya terlebih dahulu sebelum diucapkan oleh lisannya. Jika akalnya membenarkannya, maka silakan ia berbicara. Namun, jika tidak, hendaklah ia menahan diri.
Sebab, sebuah kata sebelum diucapkan masih berada dalam kendalimu. Akan tetapi, apabila telah diucapkan, kata itulah yang justru menguasaimu.
Dikatakan dalam sebuah ungkapan, “Orang yang berakal adalah orang yang akalnya mendahului lisannya. Sedangkan orang bodoh itu adalah orang yang lisannya mendahului akalnya.”
Ada orang yang berbicara, lalu setelah dipikir-pikir, ternyata ia telah salah ucap dan keliru. Ada pula ungkapan lain yang berbunyi, “Lisan adalah gayung hati.”
Wahai saudara-saudaraku, lisan itu tidak menciduk kata-kata dari tenggorokan atau selainnya. Tidak! Ia menciduknya dari hati dan akal pemiliknya.
Oleh karena itu, wahai saudara-saudaraku, setiap orang harus memiliki timbangan dalam berbicara. Sebab, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla, “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” “(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (amal perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri, duduk mengawasi.” “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan di sisinya ada malaikat pengawas yang selalu siap mencatat.” (QS. Qaf: 16-18). Dan Allah Ta’ala juga berfirman, “Sekali-kali tidak! Bahkan kalian mendustakan hari pembalasan.
Padahal sesungguhnya bagi kalian ada malaikat-malaikat yang mengawasi, yang mulia lagi mencatat, mereka mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Infithar: 9-12). Para malaikat itu mengetahui segala perbuatan, juga mengetahui setiap ucapan. Dua malaikat itu duduk, satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri, mencatat setiap ucapan dan mengetahui segala perbuatan.
Jika keadaannya demikian, maka wajib bagi setiap orang—wahai saudara-saudaraku—untuk menimbang ucapannya, dan tidak berbicara kecuali dengan ucapan yang bermanfaat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Antara berkata baik, atau apa, saudara-saudara? Atau diam.
Ucapan itu terbagi menjadi tiga: (1) Ucapan yang bermanfaat, maka ucapkanlah. (2) Ucapan yang membawa mudarat, maka tinggalkanlah. (3) Dan ucapan yang tidak membawa manfaat dan tidak pula membawa mudarat. Para ulama mengatakan tentang perkataan jenis ini: “Orang berakal tidak akan membuang waktu dengan ucapan seperti ini.” Allahu Akbar!
Intinya, wahai saudara-saudaraku, seseorang tidak selayaknya mengucapkan setiap kata yang terlintas. Para ulama berkata, “Orang yang berakal akan menjaga waktunya dari ucapan yang tidak bermanfaat.”
Allahu Akbar, wahai saudara-saudaraku. Perhatikanlah bagaimana para ulama memandang nilai waktu. Waktu mereka tidak disia-siakan untuk hal yang tidak bermanfaat.
=====
يَتَأَكَدُّ يَا إِخْوَانِي عَلَى طَالِبِ الْعِلْمِ أَنْ يَزِنَ كَلَامَهُ وَأَلَّا يُطْلِقَ لِلِسَانِهِ الْعِنَانَ
وَأَنْ يَعْرِضَ الْكَلَامَ عَلَى عَقْلِهِ قَبْلَ لِسَانِهِ فَإِنْ أَجَازَهُ الْعَقْلُ فَلْيَتَكَلَّمْ وَإِلَّا فَلْيُمْسِكْ
فَإِنَّ الْكَلِمَةَ قَبْلَ أَنْ تَتَكَلَّمَ بِهَا تَمْلِكُهَا وَإِذَا تَكَلَّمْتَ قَالُوا مَلَكَتْكَ
وَقِيلَ الْعَاقِلُ هُوَ الَّذِي يَسْبِقُ عَقْلُهُ لِسَانَهُ وَالْجَاهِلُ هُوَ هَا يَا إِخْوَانُ؟ مَنْ يَسْبِقُ لِسَانُهُ عَقْلَهُ
إِنْسَانٌ يَتَكَلَّمُ ثُمَّ إِذَا فَكَّرَ فِي كَلَامِهِ وَإِذَا هُوَ قَدْ زَلَّ وَأَخْطَأَ وَقِيلَ أَيْضًا الْأَلْسِنَةُ مَغَارِفُ الْقُلُوبِ
اللِّسَانُ مَا هُوَ مَغَارِفُ يَا إِخْوَانِي مِنَ الْجَوْفِ وَلَا مِنْ لَا يَغْرِفُ مِنْ قَلْبِ وَعَقْلِ صَاحِبِهِ
لِهَذَا يَتَأَكَّدُ عَلَى الْإِنْسَانِ يَا إِخْوَانِي يَكُونَ عِنْدَهُ مِيزَانٌ فَإِنَّهُ وَكَمَا قَالَ عَزَّ وَجَلَّ وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ وَقَالَ كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُونَ بِالدِّينِ
وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ كِرَامًا كَاتِبِينَ يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ هَؤُلَاءِ يَعْلَمُونَ الْأَفْعَالَ وَأُولَئِكَ الأَقْوَالَ كِلَاهُمَا قَاعِدٌ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ يَكْتُبُ الْأَقْوَالَ وَيَعْلَمُ بِالْأَفْعَالِ
فَإِذَا كَانَتْ هَذِهِ الْحَالُ فَالْوَاجِبُ عَلَى الْإِنْسَانِ يَا إِخْوَانُ أَنْ يَزِنَ كَلَامَهُ وَأَلَّا يَتَكَلَّمَ إِلَّا بِمَا هُوَ مُفِيدٌ
قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
إِمَّا خَيْرٌ وَإِمَّا مَاذَا يَا إِخْوَانُ؟ وَإِمَّا السُّكُوتُ
وَالْكَلَامُ ثَلَاثَةٌ كَلَامٌ مُفِيدٌ تَكَلَّمْ بِهِ وَكَلَامٌ ضَارٌّ اُتْرُكْهُ وَكَلَامٌ لَا يُفِيدُ وَلَا يَضُرُّ قَالَ الْعُلَمَاءُ فَالْعَاقِلُ يَشِحُّ بِوَقْتِهِ عَنْهُ اللَّهُ أَكْبَرُ
الْمَقْصُودُ يَا إِخْوَانُ أَنَّ الْإِنْسَانَ لَا يَتَكَلَّمُ بِكُلِّ كَلَامٍ قَالُوا الْعَاقِلُ يَشِحُّ بِوَقْتِهِ عَنْهُ
اللَّهُ أَكْبَرُ يَا إِخْوَانُ شُوْفُوا قِيمَةَ الْأَوْقَاتِ عِنْدَهُمْ لَا تَضِيعُ أَوْقَاتُهُمْ يَا إِخْوَانُ فِيمَا لَا يُفِيْدُ